Rabu, 19 Maret 2014

makalah pengelolaan sampah



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia. Negara-negara maju telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya saja dengan cara insinerasi yang kemudian dikoneksikan ke pembangkit listrik untuk mengurangi volume sampah.
Selain itu juga dilakukan berbagai upaya dengan cara-cara yang lebih maju dan modern, sehingga permasalahan sampah dapat direduksi secara signifikan. Tapi lain halnya dengan negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Produksi sampah terus meningkat dari tahun ke tahun, namun kondisi perekonomian negara tidak mencukupi untuk mengolah sampah dengan cara modern seperti di negara-negara maju.
Pemerintah hanya menerapkan pengelolaan sampah dengan metode open dumping yang mana sangat tidak efektif mengingat lahan yang tersedia sangat terbatas dan adanya resistensi dari masyarakat sekitar.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengelolaan Sampah
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human wastetidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge, ed., 1991).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007)
Pengelolaan sampah adalah Pengumpulan, Pengangkutan, Pemrosesan, Pendaul-ulangan atau Pembuangan dari Material Sampah. Pengolahan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dari keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
Mengelola sampah berarti mengumpulkan, mengangkut, memproses, mendaur ulang, atau membuang material sampah. Setiap harinya, manusia pasti menghasilkan sampah. Baik itu sampah rumah tangga seperti sisa makanan, plastik, hingga sampah dari proses industri.
Pada tahun 2012 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup mencatat bahwa penduduk Indonesia menghasilkan rata-rata 2,5 liter sampah setiap harinya. Misalkan penduduk Indonesia ada sekitar 250 juta orang, berapa volume sampah yang dihasilkan setiap harinya? 625 liter. Itu baru dalam sehari, jika selama 1 tahun, berapa sampah yang akan dihasilkan? Jika tidak dikelola dengan baik, bisa-bisa wilayah Indonesia akan diselimuti oleh sampah.
Oleh karena itu, kita harus tahu bagaimana mengelola sampah yang benar. Sampah yang tidak dikelola dengan benar dapat menimbulkan berbagai macam bibit penyakit. Tak perlu menunggu menjadi presiden atau Menteri Lingkungan Hidup terlebih dahulu untuk mengatasi masalah sampah. Kita bisa melakukannya dari diri kita sendiri.
Sekecil apapun yang kita lakukan, secara tidak langsung kita sudah turut serta melestarikan lingkungan. Lalu, bagaimana cara mengelola sampah yang baik dan benar? Berikut ini adalah yang bisa kita lakukan untuk mengelola sampah:
1.      Pilahlah sampah di rumah anda. Pisahkan sampah yang mudah terurai atau sampah organik dengan sampah yang sulit terurai atau sampah anorganik. Yang termasuk dalam sampah organik adalah sampah dapur, seperti sisa makanan, sisa sayuran, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk sampah anorganik misalnya sampah plastik, kemasan bekas makanan/minuman, kertas bekas, dan lain-lain.
2.      Sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk kompos. Sedangkan untuk sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi barang yang bernilai ekonomis, seperti vas bunga, tas, tempat tissue, tempat Koran, dan lain sebagainya.
3.      Menerapkan teknik landfill, yaitu membuang dan menumpuk sampah di tanah yang rendah pada areal terbuka.
4.      Menerapkan teknik sanitary landfill. Mirip dengan teknik landfill, hanya saja sampah ditutup atau diuruk dengan tanah.
5.      Menerapkan teknik incineration, yaitu dengan cara membakar sampah baik dengan cara sederhana maupun cara modern. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi energi listrik.


B.     Metode Pengelolaan Sampah
1.      Metode Pembuangan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk penguburan untuk membuang sampah. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai. Lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, diantaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida.
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah Metode Pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat / pelapis plastik.banyak penimpunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengampil gas yang terjadi.

2.      Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-Ulang yaitu :
a)      Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivasi paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium. Kalag baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus. Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
b)      Pengolahan kembali biologis
Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti sampah dapur dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.
c)      Pemulihan energy
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.


3.      Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk, atau dikenal juga dengan “Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.

C.    Konsep Pengelolaan Sampah
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaansampah yang berbeda penggunaanya antara negara-negara atau daerah yaitu :
1)      Hirarki sampah . hirarki limbah merujuk pada “3M” mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah dan daur ulang yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah.
Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan meksimum dari produk-produk praktis dan menghasilkan jumlah minimum limbah.
2)      Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah/extended producer responsibility (EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka si seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produsen di perpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh lifecycle produk dan kemasan di perkenalkan ke pasar.
3)      Prinsip pengotor berguna membayar. Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pajak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan.

D.    Manfaat Pengolahan Sampah
Manfaat dari pengolahan sampah yaitu:
1.      Penghematan sumber daya alam
2.      Penghematan energy
3.      Penghematan lahan TPA
4.      Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)
5.      Mengurangi Pencemaran
6.      Sebagai pupuk organik, sampah dapat menyuburkan tanaman.
7.      Lingkungan yang bersih dapat mencegah terjangkitnya berbagai macam bibit penyakit.
8.      Dapat meningkatkan kesejahteraan dengan mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis
Sampah yang tidak dikelola akan menyebabkan :
1.      Longsor tumpukan sampah
2.      Sumber penyakit
3.      Pencemaran lingkungan
4.      Menyebabkan banjir
E.     Tindakan  Pengelolaan Sampah
Tindakan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah diantaranya:
1.      Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
2.      Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)
3.      Pengumpulan (collecting)
Kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.
4.      Pengangkutan (transfer and transport)
Kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.
5.      Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :
a)      Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
b)      Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c)      Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
d)     Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.
6.      Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Dewasa ini masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian dari semua fihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan. Beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan sampah sistem yang terjadi selama ini adalah :
a)      Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber sampah sampai ke tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-pilah sehingga kalaupun akan diterapkan teknologi lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan memerlukan dana maupun menyita waktu.
b)      Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya :
1)      Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. bila kota menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya, maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.
2)      Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit penyakit lain juga dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang pada akhirnya akan mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan

F.     Penanganan Sampah Organik dan Non Organik
1.      Penanganan Sampah Organik
Penanganan sampah organik ditujukan pada pembuatan kompos mandiri yang dilakukan di tiap rumah tangga dan tiap RT kampung. Prosesnya sangat mudah, murah dan bermanfaat dapat berasal dari sampah dapur (rumah tangga) ataupun sampah pekarangan (RT)
2.      Penanganan sampah Non-Organik
Di tiap rumah tangga harus memisahkan sampah plastik, logam dan kaca, serta kertas kemudian membuangnya ke tong-tong sampah sesuai jenis sampah yang telah di sediakan. Sampah-sampah tersebut akan di bawa ke tempat pengumpulan sampah untuk dipilih mana yang masih dapat dijual mana yang tidak dijual. Hampir semua sampah non organik dapat dijual ke pengepul




























BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Selain sebagai salah satu tugas mata diklat K3LH, makalah ini juga dimaksudkan oleh penulis untuk menjadi sebuah dokumen pengetahuan untuk kita semua.
Setelah kami mengamati dan mencatat hal-hal yang penting dari Tanggung Jawab Pengelolaan Sampah penulis menyimpulkan bahwa :
Ø  Pengelolaan sampah adalah Pengumpulan, Pengangkutan, Pemrosesan, Pendaul-ulangan atau Pembuangan dari Material Sampah.
Ø  Pembuangan sampah pada penimbunan darat dilakukan di tanah yang tidak terpakai, Lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam
Ø  Penimbunan darat yang dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan
Ø  Ada beberapa Metode dalam Pengelolaan Sampah, yaitu Metode Pembuangan, Metode Daul-ulang dan Metode Penghindaran dan Pengurangan
Ø  Pengelolaan sampah sangat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan

Saran
Dari penulisan makalah ini kami mengetahui jika makalah yang kami buat belum sempurna. Karena sumber yang didapat oleh kami tidak terlalu lengkap dan banyak. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami butuhkan untuk meningkatkan kualitas dan kesempurnaan makalah ini.